Manuver Strategis Turki di Suriah: Antara Ambisi Regional dan Dinamika Keamanan Timur Tengah

Muhammad Luthfi
İlahiyat
İbrahim Çeçen Universitesi

Selama lebih dari tujuh dekade, isu Palestina tetap menjadi episentrum ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Dalam situasi di mana proses perdamaian internasional tidak menunjukkan kemajuan berarti, negara-negara kawasan mulai menempuh jalur strategis masing-masing untuk memperkuat pengaruh regional. Salah satu aktor utama dalam dinamika ini adalah Turki, yang meningkatkan keterlibatan militernya di Suriah, termasuk melalui wacana pendirian pangkalan militer di wilayah strategis seperti T4 di provinsi Homs. Meskipun lokasi ini tidak memiliki kedekatan geografis langsung dengan Palestina, nilai strategisnya dalam konteks militer dan politik regional tidak dapat diabaikan.

Pangkalan T4 sendiri merupakan salah satu titik penting dalam konflik Suriah dan telah menjadi target sejumlah serangan udara Israel, terutama terhadap kepentingan militer Iran. Kehadiran militer Turki di wilayah tersebut, baik secara langsung maupun melalui dukungan terhadap aktor lokal, menambah lapisan kompleksitas dalam struktur kekuasaan regional. Namun demikian, tidak terdapat bukti yang menunjukkan bahwa Turki secara resmi mengajukan permohonan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membangun pangkalan di T4. Kehadiran Turki di berbagai wilayah Suriah lebih tepat dipahami sebagai bagian dari kesepakatan bilateral dan kerangka diplomasi multilateral, seperti proses Astana yang melibatkan Rusia dan Iran.

Sebagai anggota NATO, langkah Turki di Suriah menimbulkan dilema keamanan yang rumit. Prinsip pertahanan kolektif aliansi memang memungkinkan respons terhadap serangan terhadap salah satu anggotanya, tetapi konteks keterlibatan militer Turki di luar wilayah NATO, seperti Suriah, menjadikan implementasi prinsip tersebut sangat bergantung pada kalkulasi politik negara-negara anggota lainnya. Ketegangan antara Turki dan sejumlah negara NATO, terutama Amerika Serikat, juga memperbesar ketidakpastian tersebut. Situasi ini diperumit oleh keputusan Turki untuk mengakuisisi sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia—sebuah langkah yang memperkuat kapasitas pertahanan domestik tetapi sekaligus menimbulkan friksi dalam kerangka interoperabilitas NATO. Sistem S-400 tersebut digunakan untuk pertahanan wilayah Turki dan bukan dalam konteks perlindungan wilayah Suriah.

Turki juga memainkan peran aktif dalam dinamika militer Suriah dengan memberikan dukungan kepada kelompok oposisi bersenjata, khususnya di kawasan Idlib. Konfrontasi terbuka dengan pasukan pemerintah Suriah dan bahkan dengan militer Rusia menunjukkan tingkat keterlibatan langsung yang signifikan. Pada 2020, misalnya, Turki melakukan intervensi militer untuk membendung kemajuan pasukan pemerintah Suriah yang mengancam wilayah yang dikuasai oposisi. Hal ini mencerminkan tekad Turki untuk mempertahankan ruang pengaruhnya, sekaligus menyoroti risiko eskalasi dengan kekuatan besar lain yang terlibat di Suriah.

Ambisi Turki untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah sering kali dikaitkan dengan isu Palestina. Pemerintahan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) menunjukkan konsistensi ideologis dalam menyuarakan dukungan bagi rakyat Palestina. Namun demikian, perlu dipahami bahwa pengaruh terhadap isu Palestina tidak dapat dicapai melalui pendekatan militer semata. Kompleksitas politik kawasan, keterlibatan negara-negara seperti Mesir, Yordania, dan Lebanon, serta dinamika internal Palestina sendiri menuntut pendekatan yang bersifat diplomatik, multilateral, dan berjangka panjang. Upaya meniru strategi proksi seperti yang dilakukan Turki di Suriah kemungkinan besar tidak dapat diterapkan secara langsung dalam konteks Palestina.

Dalam wacana politik Turki, sosok Shalahuddin Al-Ayyubi kerap dijadikan simbol strategi pembebasan Palestina melalui penguasaan wilayah-wilayah strategis terlebih dahulu. Strategi militer Shalahuddin, yang menekankan pentingnya logistik dan kendali atas titik-titik suplai sebelum merebut Yerusalem, memang memberikan inspirasi historis. Namun, menarik paralel langsung antara taktik abad ke-12 dan realitas geopolitik kontemporer memerlukan kehati-hatian. Struktur kekuasaan, sistem aliansi, serta dimensi hukum internasional dewasa ini sangat berbeda dengan konteks era Perang Salib.

Kebijakan luar negeri Turki tidak dapat dilepaskan dari dinamika politik domestik. Di bawah kepemimpinan AKP, Turki mengadopsi pandangan Neo-Ottomanisme yang menempatkan negara ini sebagai pelindung umat Islam dan kekuatan regional yang sah. Meski demikian, pendekatan ini sering kali dikombinasikan dengan pragmatisme politik, terutama dalam menjaga hubungan dagang dan aliansi strategis yang lebih luas. Figur seperti Hakan Fidan, Menteri Luar Negeri Turki yang memiliki latar belakang intelijen dan diplomasi, menjadi cerminan kesinambungan strategi dalam lingkaran kekuasaan AKP. Fidan dikenal luas sebagai tokoh kunci dalam mencegah kudeta 2016 dan berpotensi memainkan peran sentral dalam masa depan politik Turki, termasuk dalam kebijakan regional.

Dengan posisi geografis yang strategis serta kapasitas militer dan diplomatik yang terus berkembang, Turki memiliki potensi untuk menjadi aktor utama di Timur Tengah. Namun, jalan menuju pengaruh regional yang berkelanjutan tidaklah mudah. Tantangan geopolitik yang kompleks, termasuk hubungan dengan NATO, persaingan dengan Rusia dan Iran, serta dinamika internal domestik, menuntut strategi yang tidak hanya berbasis kekuatan militer, tetapi juga legitimasi politik dan diplomasi cerdas. Hanya dengan kombinasi inilah Turki dapat mewujudkan visinya sebagai kekuatan penentu dalam konflik Suriah dan masa depan Palestina.

Referensi

  • Cagaptay,Soner. Turkey and the Politics of the Middle East. (New York: I.B. Tauris, 2020). p. 40.
  • Asbridge, Thomas. The Crusades: The Authoritative History of The War for The Holy Land. (London: HarperCollins, 2011). p. 439.
  • ISW. (2020, Maret 18). Turkey Commits to Idlib. https://understandingwar.org/backgrounder/turkey-commits-idlib
  • BBC. (2015, November 24). Turkey shoots down Russian warplane on Syria border. https://www.bbc.com/news/world-middle-east-34907983
  • Al-Khalidi,S., Gebeily, M., Ashawi, K. (2025, February 4). Exclusive: Syria’s Sharaa to discuss defense pact with Turkey’s Erdogan. https://www.reuters.com/world/middle-east/syrias-sharaa-discuss-defense-pact-with-turkeys-erdogan-sources-say-2025-02-04/
  • Defensemirror. (2025, April 5). Turkey to Base S-400 Air Defense System in Syria Despite Israeli Bombings. https://defensemirror.com/news/39222/Turkey_to_Base_S_400_Air_Defense_System_in_Syria_Despite_Israeli_Bombings
  • Al Jazeera. (2025, July 15). Turkey’s failed coup attempt: All you need to know. https://www.aljazeera.com/news/2017/7/15/turkeys-failed-coup-attempt-all-you-need-to-know