Riska Dwinda Elsyah
Ankara Haci Bayram Veli University
Ankara, Turkiye
Riskadwinda1998@gmail.com
Sejak bangku sekolah, kita sudah mengenai istilah ‘ekonomi’. Akan tetapi, mungkin hanya sebagian kecil dari kita tahu bahwa sistem ekonomi yang banyak diterapkan di masyarakat dikenal dengan istilah keynesian economy.
Apa itu keynesian economy?
Sistem ekonomi keynesian adalah sistem ekonomi yang mengandalkan campur tangan pemerintah atau pihak berwenang dalam mengatur keuangan masyarakat. Kita memahami bahwa uang dicetak oleh Bank Sentral. Di Indonesia uang rupiah dicetak oleh Bank Indonesia dalam jumlah tertentu dan diatur peredarannya agar tidak terjadi lonjakan jumlah rupiah.
Selain itu, kita juga mengenal sistem perbankan. Sistem perbankan juga merupakan lembaga yang prosesnya diatur oleh pemerintah. Secara singkat, sistem ekonomi Keynesian mengajarkan bahwa dalam sektor ekonomi masyarakat selalu ada pihak yang berwenang dan ‘mengatur’ jalannya perekonomian masyarakat. Akibatnya, laju pasar dan daya beli masyarakat tidak dibiarkan ‘berjalan sendiri’, melainkan selalu mengikuti “kepala” aturan pihak yang mengontrol ekonomi seperti bank sentral dan pemerintah.
Bagaimana sejarah terbentuknya Keynesian Economy?
Sistem ekonomi Keynesian pertama kali dicetuskan oleh John Maynard Keynes yang kemudian membentuk istilah sistem ini berdasarkan nama belakangnya yaitu “Keynes”. John Maynar Keynes memperkenalkan sistem ekonomi Keynesian pada tahun 1936 melalui karya bukunya yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest, and Money”. Ide dari sistem ini muncul sebagai respons terhadap kondisi ekonomi saat itu yang tengah mengalami Great Depression akibat krisis ekonomi dunia (Afandi, 2016; Blinder, 2016).
Merespon kondisi tersebut, Keynes mencetuskan ide bahwa dalam perekonomian yang mengatur kepentingan publik, pemerintah harus dapat menjadi pihak berwenang yang berperan aktif dalam mengatur laju ekonomi dengan berbagai tindakan seperti proses pencetakan uang, regulasi belanja pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi, kualitas infrastruktur, dan membuka inovasi serta lapangan pekerjaan, mengatur kebijakan suku bunga bank, mengendalikan pajak, dan mengatur neraca perdagangan negara (Bortis, 2023).
Akan tetapi, tahukah kita bahwa ada sistem ekonomi lain yang ‘bertentangan’ dengan sistem ekonomi Keynesian yang selama ini dipahami oleh masyarakat?
Sistem tersebut bernama Austrian Economy.
Austrian economy adalah aliran pemikiran ekonomi yang dicetuskan pertama kali oleh Carl Menger pada akhir abad-ke 19 di Wina, Austria. Sederhananya, Austrian Economy adalah sistem ekonomi yang menekankan kepada ‘kebebasan pasar’ sebagai “kepala” penggeraknya yang menolak intervensi pemerintah serta anti-inflasi. Mengapa? karena dalam sistem ini, ekonomi diciptakan oleh tindakan individu dan menentang penciptaan uang oleh bank sentral yang dapat memicu inflasi dan krisis ekonomi buatan (Beer and Schurz, 2007; Boettke and Coyne, 2023).
Nyatanya, di perkembangan ekonomi modern alternatif saat ini instrumen keuangan banyak dipengaruhi oleh pemikiran dari sistem austrian economy. Sistem austrian economy mempengaruhi desain sistem keuangan digital yang memiliki pasar bebas dan anti-bank sentral.Salah satunya yang tengah viral saat ini adalah cryptocurrency.
Cryptocurrency sebagai instrumen mata uang digital lahir dari pemikiran austrian economy yang menganggap bahwa uang tidak bisa dimanipulasi oleh bank sentral dan tidak bisa dicetak sesuka hati. Kripto seperti Bitcoin contohnya, memiliki jumlah terbatas, maksimal hanya akan ada 21 juta bitcoin diseluruh dunia, yang membuatnya langka. Alhasil, Bitcoin tidak terpengaruh oleh inflasi dan dapat beroperasi tanpa otoritas pusat seperti Bank Sentral.
Secara singkat, perbedaan Keynesian Economy dan Austrian Economy adalah sebagai berikut:
- Pada Ekonomi Keynesian pemerintah dan bank sentral berperan aktif mengatur ekonomi masyarakat, sedangkan pada Austrian Ekonomi pasar bersifat bebas dan tidak ada intervensi pemerintah
- Pencetakan uang berlebih oleh bank sentral pada ekonomi Keynesian dapat menyebabkan nilai uang turun (inflasi), sedangkan Austrian Ekonomi tidak terpengaruh inflasi
- Pada Keynesian Ekonomi, ketidakseimbangan regulasi pemerintah dapat mendorong masyarakat mencari aset instrumen keuangan lain seperti emas ataupun uang digital (contoh: bitcoin), sedangkan pada Austrian Ekonomi nilai aset keuangan ditentukan sepenuhnya oleh permintaan pasar yang fluktuatif.
- Pada keynesian ekonomi, Peran pemerintah dapat menjadi pihak ketiga yang penting dalam menjaga keberlangsungan dan ketidakadilan kondisi pasar, sedangkan pada Austrian Ekonomi kondisi pasar dibiarkan bebas tanpa ada yang mengatur.
Kesimpulannya adalah, kedua sistem ekonomi ini memiliki pro dan kontra masing-masing. Sebagai individu rasional dalam menyikapi kondisi ekonomi ini maka kembali lagi kepada diri masing-masing. Mengetahui 2 kepala sistem ekonomi yang terjadi saat ini dapat menjadi salah satu cara meningkatkan literasi keuangan yang diharapkan dapat mendorong diri kita menjadi pribadi yang lebih bijak dalam menghadapi kondisi ekonomi negara maupun global.
Referensi
- Afandi, A. (2016) ‘Perkembangan teori ekonomi mikro’, Economic Journal of Emerging Markets. doi: 10.20885/ejem.v7i1.6675.
- Beer, C. and Schurz, M. (2007) ‘Monetary Policy & the Economy’, Monetary Policy & the Economy.
- Blinder, A. S. (2016) ‘Ekonomi Keynesian’, in Teori ekonomi.
- Boettke, P. J. and Coyne, C. J. (2023) ‘New Thinking in Austrian Economics’, Annual Review of Economics. doi: 10.1146/annurev-economics-082322-021346.
- Bortis, H. (2023) ‘Classical-Keynesian Political Economy, not Neoclassical Economics, is the Economic Theory of the Future’, Review of Political Economy. doi: 10.1080/09538259.2022.2063512.