Pusat Studi PPI Turki (PUSPITUR) Soroti Akar Ketertinggalan Dunia Muslim: Bukan Teologi, tapi Institusi dan Politik

Ankara, 8 Desember 2025PUSPITUR telah menyelenggarakan diskusi bedah buku berjudul Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan Muslim karya Ahmad Kuru

Diskusi ini menghadirkan Muhammad Lutfi sebagai pemantik dan Iga Mawarni sebagai moderator

Diskusi tersebut berfokus pada pertanyaan fundamental: mengapa dunia mayoritas Muslim mengalami ketertinggalan saat ini, padahal pernah berada di puncak peradaban global?

Temuan Kunci Buku dan Diskusi

Pemantik, Muhammad Lutfi, menjelaskan bahwa Kuru menegaskan penyebab utama ketertinggalan bukanlah teologi Islam, melainkan struktur politik, relasi ulama-negara, dan melemahnya kebebasan intelektual.

1. Fase Sejarah dan Kemunduran

Buku ini membandingkan dua fase peradaban Islam:

  • Masa Kemajuan (Abad 7–11): Ditandai oleh ulama dan intelektual yang independen, peran besar dunia usaha dalam pendanaan ilmu, serta perkembangan pesat filsafat dan sains.
  • Masa Krisis dan Keruntuhan: Dipicu oleh Perang Salib dan Mongol, yang kemudian diperparah oleh menguatnya ulama negara dan keterlambatan adopsi teknologi seperti mesin cetak, yang berujung pada lemahnya kemandirian intelektual.

2. Tiga Tema Sentral Ketertinggalan

Kuru mengidentifikasi tiga tema besar yang menjadi faktor masalah:

  • Otoritarianisme: Koalisi antara ulama-resmi dan penguasa memperlemah demokrasi, di mana rezim sekuler maupun agama sama-sama berpotensi menjadi otoriter.
  • Negara Rente: Ekonomi yang berbasis pada minyak atau sumber daya alam lainnya membuat negara tidak bergantung pada pajak rakyat, sehingga tidak terdorong untuk mendengar suara publik, yang pada akhirnya melemahkan demokrasi.
  • Ketertinggalan Ekonomi: Dunia Muslim mengalami korupsi, nepotisme, institusi yang rapuh, dan dampak buruk warisan kolonialisme, sejalan dengan pemikiran Acemoglu tentang pentingnya institusi yang kuat sebagai kunci kemajuan.

Rekomendasi Solusi dan Penutup Diskusi

Rangkuman diskusi dan sesi tanya jawab menegaskan bahwa akar masalah adalah historis-institusional, bukan teologis. Aliansi ulama-negara sejak abad pertengahan dinilai sebagai penguat otoritarianisme, monopoli wacana, dan pembungkaman kritik.

Solusi yang ditawarkan oleh Kuru dan diperkuat dalam diskusi mencakup:

  • Reformasi Institusional: Memperbarui institusi negara dan budaya.
  • Kemandirian Intelektual: Mengupayakan kemandirian ulama dari negara dan pemulihan kelas intelektual serta borjuis.
  • Kebebasan Ilmiah: Mendukung pendidikan, sains, dan kebebasan ilmiah tanpa adanya kontrol negara.

Diskusi ditutup dengan harapan agar budaya kritik dan kajian ilmiah yang mendalam terus tumbuh di kalangan generasi baru, sebagai langkah awal untuk merekonstruksi institusi dan merombak struktur politik yang membatasi kemajuan.

Notulensi by Atikah Zulfa Diniyah