Fertile Crescent: Dari Jejak Peradaban Kuno ke Intrik Kekuasaan Modern

Darmawan Wicaksono
ASBÜ (Dr.) / New Media and Communication Department

Wilayah Bulan Sabit Subur atau Fertile Crescent, yang membentang dari Palestina, Israel, Lebanon, Yordania, Suriah, Irak, hingga sebagian Turki dan Iran, sejak ribuan tahun silam telah menjadi panggung agung lahirnya peradaban manusia. Di sanalah, sekitar 9.000 tahun sebelum Masehi, manusia mulai menetap, bercocok tanam, dan mendirikan pemukiman Neolitik yang menjadi cikal bakal peradaban besar. Dari tanah subur ini pula lahir pemerintahan kuno, aksara pertama, dan negara-negara kota yang kelak mekar menjadi kekaisaran megah seperti Sumer, Akkad, Babilonia, hingga Asyur. Tidak mengherankan jika wilayah ini disebut “cradle of civilization” [1] yang sejak era perunggu hingga hari ini tetap memegang peran kunci dalam percaturan geopolitik.

Kini, bobot strategis Fertile Crescent justru kian terasa. Pada masa lampau, antara pengaruh Iran di Timur Tengah, yang mencakup Yaman, Irak, Suriah, Lebanon, hingga Gaza, telah menggugah kecemasan para penguasa Arab Sunni. Mereka memandang dominasi dari Teheran adalah ancaman dan memunculkan dan merumuskan sebuah bayangan “Sabuk Syiah” yang perlahan mencengkeram kawasan yang mayoritas atau minoritas penduduknya memeluk mazhab Syiah, yang kebetulan pula terhampar di kawasan Fertile Crescent. Tidak heran, Arab Saudi merasa tertekan, terutama dalam mengawasi wilayah timurnya yang kaya sumber daya alam seperti minyak dan gas—tempat komunitas Syiah (5%-10% populasi Saudi) berdiam, ibarat bara tersembunyi yang siap memantik gesekan internal. Bagi sebagian penguasa Arab Sunni, lepasnya Suriah dari pengaruh Iran dianggap dapat memutus rantai dukungan Teheran terhadap milisi di Lebanon dan Gaza. Jika hal ini terwujud, peta kekuatan di Fertile Crescent mungkin akan berpindah tangan, mengurangi dominasi Iran yang kian melebar. Di satu sisi, Iran yang selama ini bersandar pada aliansi kelompok bersenjata untuk menjaga pijakannya dan di sisi lain, negara-negara Arab Sunni, didukung Amerika Serikat, giat membendung aliansi bersenjata pro-Teheran, termasuk melalui intervensi di Yaman.

Kini, pertanyaannya menggema: Mampukah perkembangan terbaru ini betul-betul meredam pengaruh Iran di kawasan yang pernah melahirkan peradaban itu? Akankah jatuhnya Bashar al-Assad di Suriah mengakhiri dominasi Teheran, atau justru membentuk pola baru yang tak kalah kokoh? Sejarah panjang Fertile Crescent mengajarkan bahwa kekuasaan senantiasa beralih bentuk. Masa depan tetap menjadi medan kemungkinan, sementara panggung sejarah berputar tanpa henti, menunggu para aktor baru yang akan tampil dan menentukan drama berikutnya.

[1] Wilayah-wilayah yang dimana menjadi pusat inovasi manusia. Dimana memberikan dasar bagi perkembangan budaya, teknologi, dan kehidupan. Ciri-ciri wilayah ini adalah awal dari pertanian, pemukiman tetap, pemerintahan dan organisasi sosial, bahasa dan tulisan, dan teknologi dan arsitektur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *